blog-img
13/06/2022

Romo Stef Mau, Pr Himbau Tim Pengajar dan Siswa Hidupkan Literasi di SMA Katolik Giovanni Kupang

Libertino Agusto Dias | Pendidikan

Mediator. Givans.com. Memperingati Hadiknas tahun ini, SMA Katolik Giovanni Kupang tampil dengan wajah baru. Upacara bendera yang berlangsung pada Jumat (13/05), menyajikan pemandangan busana adat yang dikenakan peserta upacara dari berbagai etnis. Selain untuk menyemarakkan Hari Pendidikan Nasional, momen ini juga mau mengajarkan arti penting dari Bhinneka Tunggal Ika. Semboyang yang tanpa kita sadari lahir dari kehidupan bangsa ini.

Semboyan ini berasal dari pemikiran Mpu Tantular dalam Kakawin Sutasoma, secara harafia Bhinneka berarti beragam atau beraneka, Tunggal berarti satu dan kata Ika berarti itu, jadi dapat dikatakan Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kemudian selanjutnya diusulkan oleh Moh. Yamin dan Ir. Soekarno untuk dijadikan semboyan Negara Indonesia. Tujuannya jelas Mpu tantular merancangnya adalah untuk mempersatukan rakyat Kerajaan Majapahit yang saat itu sangat beragam baik dari agama maupun kelompok masyarakatnya.

Menjadi jelas bahwa untuk menjadi bangsa yang besar kita harus mampu menghidupkan yang mati dalam guratan pena atau Soekarno pernah berujar, “bangsa yang besar tidak akan melupakan sejarah bangsanya”. Untuk menghidupkan yang mati kita harus memulainya dengan literasi (membaca, menulis, dan mempublikasikannya). Tentunya pengalaman Mpu Tantular, Moh. Yamin, dan Soekarno terus dikenang karena mereka giat dalam berliterasi, yaitu membaca pengalaman hidup, membaca berbagai tulisan, menulis dan kemudian mempublikasikan. Publikasi menjadi harta yang akan membantu anak cucu kita saat mereka tersesat mencari jati diri bangsa. 

“Hari Pendidikan terus menjadi hari peringatan yang tidak akan pernah kita tinggalkan dalam hidup. Hari ini kita hadir dengan busana adat yang menggambarkan dari mana kita berasal. Momen Hardiknas tahun ini menjadi lembaran baru untuk kita berbenah menuju kebangkitan NTT maka kita memulai dari lingkungan pendidikan. Bangsa Indonesia memiliki rapor merah terkait literasi berdasarkan data UNESCO. Ini menjadi salah satu penyebab bangsa ini mudah sekali termakan hoax, dan fitnah. Persatuan hanya raga tanpa jiwa. Persatuan hanya sebatas ujaran tanpa ada spirit yang menghidupinya. Kita hanya sebatas merindu tanpa pernah merasakan pelukan kerukunan,” jelas Romo Stef selaku Kepala SMA Katolik Giovanni Kupang. 

Ia melanjutkan, “Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita menghidupkan dan membiasakan budaya literasi bagi siswa maupun guru. Kita memulainya dari membaca, menulis, dan mempublikasikannya. Membaca buku bisa dilakukan di perpustakaan SMA Katolik Giovannni yang tersedia banyak buku bacaan. Kita juga diharapkan mampu membaca dinamika kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan masalah-masalah yang dialami dan juga berbagai harapan dalam kehidupan masyarakat. Hasil dari berliterasi adalah menghasilkan tulisan-tulisan sederhana dalam bentuk refleksi dan juga artikel ilmiah populer. Tulisan ini harus sampai pada tahap publikasi yang bertujuan menambah wawasan berpikir masyarakat. Jika kita punya komitmen untuk berbenah maka tidak hanya sebuah ilusi kita bisa memberikan perubahan positif dalam masyarakat.”

Bagaimana keseruan Perayaan HARDIKNAS di SMA Katolik Giovanni Kupang dan Komitmen Kepala SMA Katolik Giovanni Kupang, RD. Drs. Stefanus Mau, Pr, bisa disaksikan melalui web https://www.youtube.com/watch?v=njxoAbhFu3Y. Tidak lupa share, like dan subscrebe channel. Kebaikan hati anda menjadi motivasi besar bagi kami untuk terus memberikan yang terbaik.

(MDTR/GD)

#ntt #nttbangkit #nttsejahtera #dinaspkntt #restorasipendidikan #smakgiovannikupang

 

Bagikan Ke:

Populer