Oleh : Victor "VJ" Juru
Tulisan ini pernah dimuat di Mediatorgivans.com (media digital SMAK Giovanni Kupang), pada 15 Agustus 2021, jam 12.55
GivanWebsite. Saat sekolah dipaksakan menghentikan pembelajaran tatap muka di sekolah, tidak sedikit orang tua yang meragukan hasil belajar/kemampuan anaknya. Kecewa dan pasrah dengan situasi pandemi menjadi pandangan buntut untuk membelajarkan anak di rumah. Bagaimanapun juga, anak harus tetap belajar. Belajar adalah hak dasar setiap anak. Sebagai orang tua, memenuhi hak dasar anak adalah kewajiban nurani yang tidak dapat ditawar. Pasrah apalagi pemaksaan belajar bukan pilihan bijak di saat pandemi ini. Pahami apa itu belajar dan bimbinglah anak sesuai gayanya masing-masing.
Apa itu belajar?
Pemahaman hanya dapat diperoleh dengan kegiatan belajar. Atau dengan perkataan lain, agar anak pintar maka harus belajar. Apa itu belajar? Apakah membaca buku atau teks yang diberikan oleh para guru di sekolah sebagai bekal belajar di rumah merupakan kegiatan belajar? Atau mengerjakan sejumlah soal dan menemukan penjelasan dan jawaban dengan bantuan internet adalah belajar? Mari kita simak.
Seorang anak mungkin akan melakukan kesalahan saat berlatih mengendarai sepeda. Rasa ingin tahu dan motiviasi diri adalah permulaan agar mampu mengendarai sepeda. Anak akan terpacu untuk berlatih dan pada titik tertentu menjadi terbiasa mengendari sepeda. Pada saat awal berlatih mereka berupaya memahami berbagai bentuk dan cara yang mudah untuk dapat mengendarai sepeda. Seseorang mungkin perlu bantuan dari orang lain (teman-teman atau orang tua) untuk mendorong dan menjaga keseimbangan sepeda agar mencapai kemampuan mengendarai sepeda. Ada yang memanfaatkan kemiringan tanah untuk mencapai keseimbangan dan kelincahan mengendarai sepeda. Ada yang memilih untuk berlatih mendayung terlebih dahulu. Ada pula yang memilih keseimbangan tubuh saat mengendarai sepeda yang harus didahulukan. Cara berlatih mungkin saja berbeda tetapi tujuannya adalah mampu mengendarai sepeda. Setiap anak memiliki pilihan cara yang paling efektif untuk mampu mengendarai sepeda. Setelah anak mempelajari cara mengendarai sepeda, kemampuan ini tidak akan hilang dan mereka tidak perlu belajar lagi untuk mengedarai sepeda. Perubahan yang terjadi pada diri anak adalah dari tidak dapat mengendarai sepeda menjadi mampu mengendarai sepeda.
Pengaruh permanen yang terjadi dalam diri anak sebagai akibat dari pengalaman bertindak yang dipadukan dengan pengetahuan (apa yang dipikirkan sebelumnya dan yang diperoleh setelah berlatih) dan kemampuan berpikir merupakan belajar. Jadi belajar adalah buah dari pengalaman yang bersifat permanen bukan sesaat. Aktivitas sekedar membaca buku, mengerjakan tugas dari sekolah, menyalin materi dari internet, menonton penjelasan materi melalui video youtube bukan merupakan kegiatan belajar yang sesungguhnya.
Belajar yang sesungguhnya dapat diamati pada aktivitas anak memproses informasi yang diperoleh dari sumber belajar. Membaca tidak sekedar melafalkan setiap kata, tetapi menganalisa isi pesan yang diperoleh dari teks melalui proses berpikir sehingga terbentuk kemampuan baru yang permanen. Mengerjakan tugas bukan sekedar menyalin jawaban atau memindahkan tulisan dari layar smartphone ke lembaran buku. Informasi yang diperoleh dari internet perlu dianalisa ketepatan dan kesesuainnya dengan poin-poin materi belajar. Video yang dinonton harus disimak, diolah dalam pikiran secara baik, dan menyimpulkan setiap informasi baru yang diperoleh.
Prasyarat belajar adalah adanya pengalaman (tindakan) menerima materi atau informasi yang disertai dengan proses berpikir/bernalar. Aktivitas mencari sumber belajar dan menyalin boleh jadi merupakan proses menuju belajar. Belajar terwujud tidak sebatas pada penerimaan informasi tetapi diikuti dengan aktivitas menalar yang dibentuk sendiri oleh anak. Proses menuju belajar ini yang perlu diperhatikan secara baik oleh orang tua pada saat aktivitas belajar dari rumah.
Gaya belajar
Setiap anak punya gaya masing-masing untuk membentuk pengetahuannya. Kita mengenal ada tiga gaya belajar anak (Michael Grinder) yakni gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan gaya belajar kinestik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).
Setiap anak bisa belajar dengan banyak gaya belajar, tetapi biasanya mereka memiliki gaya belajar unggulan. Kita sering menemukan kasus anak lebih suka belajar dengan guru kesayangannya dan lebih memahami materi sedangkan pada kesempatan yang lain anak terlihat tidak begitu antusias menerima penjelasan dan kebingungan memahami materi. Kasus seperti ini bisa saja terjadi karena gaya belajar yang berbeda. Menemukan gaya belajar anak dan membimbing proses belajar anak sesuai gaya belajarnya adalah kunci membentuk pengetahuan yang permanen.
Sebagai contoh, seorang anak dengan gaya belajar auditorial mampu menyimpulkan perbedaan tanaman yang hidup di air dan di tanah kering melalui penjelasan yang didengar. Anak dengan gaya auditorial lebih suka mendengarkan materi dan terkadang membuat catatan yang tidak berurutan. Mereka yang lebih suka membaca materi ciri-ciri tumbuhan air dan tumbuhan yang hidup di tanah yang kering adalah anak dengan gaya belajar visual. Anak dengan gaya belajar visual lebih suka memperhatikan ilustrasi/gambar-gambar dan membaca keterangan-keterangan yang ada. Biasanya anak dengan gaya belajar visual membuat catatan dengan sangat baik. Anak dengan gaya belajar kinestik lebih suka bergerak dan berinteraksi dalam kelompok/orang tua. Anak yang lebih menyerap materi dengan cara memanipulasi dan praktik, berorientasi pada fisik dan banyak bergerak merupakan anak dengan gaya belajar kinestik.
Gaya belajar ini merupakan jembatan untuk menuju kemampuan yang permanen. Jadi gaya belajar bukan kemampuan atau kecerdasan anak. Saat anak melakukan aktivitas belajar dengan salah satu gaya tersebut belum dapat kita katakan anak itu cerdas, walaupun kita melihat anak benar-benar melakukan aktivitas menyerap informasi dan mengolah informasi. Kemampuan yang permanen atau kecerdasan perlu dievaluasi/diuji ketahanannya.
(GiW)
#ntt #nttbangkit #nttsejahtera #dinaspkntt #restorasipendidikan #smakgiovannikupang
#yaswarikak